Waspada HPV, Virus Mematikan Pemicu Kanker Serviks yang Bisa Dicegah

ADAAPA.INFO – Kanker serviks masih menjadi momok menakutkan bagi perempuan Indonesia. Data Kementerian Kesehatan (2024) mencatat, setiap hari ada 26 wanita meninggal karena penyakit ini, dan Human Papillomavirus (HPV) menjadi biang keladinya.

Virus yang mudah menular melalui kontak seksual ini bertanggung jawab atas 70% kasus kanker serviks, terutama tipe HPV 16 dan 18. Tanpa deteksi dini, infeksi HPV bisa berkembang menjadi kanker dalam hitungan tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menegaskan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua dunia dengan kasus kanker serviks tertinggi setelah India.

Ironisnya, hanya 10% perempuan Indonesia yang rutin melakukan skrining seperti Pap smear atau tes IVA. Padahal, deteksi sejak dini bisa menyelamatkan nyawa.

“Banyak pasien datang saat stadium sudah lanjut karena gejala awal sering tak terasa,” jelas dr. Fitriani, Sp.OG, dalam seminar kesehatan di Jakarta.

Selain itu HPV mengincar sel-sel leher rahim dan memicu mutasi genetik secara diam-diam. Virus ini biasanya menginfeksi tanpa gejala, tetapi pada tahap lanjut, penderita mungkin mengalami perdarahan setelah berhubungan intim, keputihan berbau, atau nyeri panggul.

Jika tidak ditangani, sel abnormal akan berubah menjadi kanker dalam 10–20 tahun. Kabar baiknya, infeksi HPV bisa dicegah dengan vaksin dan skrining rutin.

Di Indonesia sendiri, vaksin HPV seperti Gardasil dan Cervarix tersedia dengan efikasi mencapai 90% dalam mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18.

Kemenkes merekomendasikan vaksinasi untuk anak perempuan usia 9–14 tahun (2 dosis) dan perempuan muda 15–26 tahun (3 dosis). Sayangnya, cakupan vaksinasi masih rendah karena minimnya sosialisasi dan keterjangkauan biaya.

Selain vaksin, skrining rutin seperti Pap smear (setiap 3 tahun) atau tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) di Puskesmas bisa mendeteksi sel pra-kanker.

“Tes IVA hanya membutuhkan waktu 5 menit dan biaya terjangkau,” ungkap Direktur P2PTM Kemenkes, dr. Eva Susanti.

Adapun mengurangi risiko HPV juga membutuhkan perubahan perilaku.

Pakar kesehatan menyarankan untuk:

  1. Menghindari berganti pasangan seksual
  2. Menggunakan kondom
  3. Tidak merokok (nikotin mempercepat kerusakan sel serviks).

Meski bahaya HPV sudah jelas, upaya pencegahan di Indonesia masih terbentur minimnya edukasi dan akses layanan kesehatan.

Vaksin HPV belum masuk program nasional gratis di semua daerah, dan banyak Puskesmas kekurangan tenaga ahli untuk skrining.

“Kami mendorong pemerintah memperluas program vaksinasi HPV seperti imunisasi dasar,” tegas Ketua HOGI (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia 2024)

Oleh sebab itu kanker serviks bukan takdir, melainkan penyakit yang bisa dikalahkan dengan vaksinasi, skrining, dan pola hidup sehat.

Jika Anda atau keluarga termasuk kelompok berisiko, segera konsultasikan vaksin HPV atau jadwalkan tes IVA/Pap smear di fasilitas kesehatan terdekat. Lebih cepat terdeteksi, lebih besar peluang sembuh.

Sumber Referensi:

1. WHO (2023) – HPV and Cervical Cancer Fact Sheet

2. Kemenkes RI (2024) – Panduan Penanggulangan Kanker Serviks

3. Globocan (2024) – Indonesia Cancer Statistics

4. American Cancer Society (2023) – Xervical Cancer Early Detection

5. CDC (2023) – HPV Vaccine Guidelines

6. HOGI (2024) – Rekomendasi Skrining Kanker Serviks

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *